Katekese Lima Menit
Edisi Spesial
Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada hari ini Gereja merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, perayaan yang menutup seluruh rangkaian Tahun Liturgi. Hari raya ini bukan hanya penanda berakhirnya tahun liturgi, tetapi juga undangan bagi kita untuk merenungkan kembali siapa yang sesungguhnya memimpin dan mengarahkan hidup kita.
Hari Raya Kristus Raja ditetapkan oleh Paus Pius XI pada tahun 1925 melalui ensiklik Quas Primas. Pada masa itu dunia sedang dilanda kebingungan moral, meningkatnya sekularisme, dan ideologi-ideologi yang mengusir Tuhan dari kehidupan masyarakat. Paus melihat bahwa manusia semakin mengandalkan kekuatan duniawi dan melupakan Tuhan sebagai sumber damai sejati. Karena itu Gereja menegaskan kembali bahwa Kristus adalah Raja atas seluruh ciptaan. Ia bukan Raja yang berkuasa dengan pedang atau kekuasaan politik, tetapi Raja yang memerintah dengan kasih, kerendahan hati, dan kebenaran.
Semula hari raya ini dirayakan pada hari Minggu terakhir bulan Oktober. Namun setelah pembaruan liturgi pada tahun 1969, Gereja memindahkannya ke hari Minggu terakhir Tahun Liturgi. Penempatan ini memiliki makna yang sangat dalam. Perayaan Kristus Raja mengarahkan perhatian kita pada tujuan akhir seluruh sejarah keselamatan, yaitu kepenuhan kerajaan Allah ketika Kristus datang kembali sebagai Raja atas segala sesuatu. Injil mengisahkan bahwa pada akhir zaman, Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan-Nya dan memerintah sebagai Raja yang adil dan penuh belas kasih. Dengan demikian, Gereja ingin agar sebelum memasuki Tahun Liturgi yang baru, kita terlebih dahulu meneguhkan iman kita bahwa Kristus adalah pusat dan tujuan akhir hidup kita.
Perayaan ini juga mengajak kita bertanya: apakah Kristus sungguh menjadi Raja dalam hidup kita? Apakah Ia memimpin pikiran kita, pilihan-pilihan kita, dan cara kita memperlakukan sesama? Ataukah tahta hati kita lebih sering dikuasai oleh ego, ambisi, dan keinginan duniawi? Menjadikan Kristus Raja berarti mengizinkan-Nya mengubah hati kita, memurnikan motivasi kita, dan menuntun kita dalam setiap keputusan. Kristus memerintah bukan dengan paksaan, melainkan dengan undangan lembut untuk hidup dalam kasih, keadilan, dan kerendahan hati.
Melalui Hari Raya Kristus Raja kita diingatkan kembali bahwa kerajaan Allah bukan hanya sesuatu yang kita nantikan di surga. Kerajaan itu hadir setiap kali kita menghadirkan kebenaran, belas kasih, keadilan, dan damai dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita mengampuni, melayani yang kecil dan rapuh, membela yang tertindas, dan hidup jujur, kita sebenarnya sedang membangun kerajaan Kristus di dunia ini. Dengan cara inilah kita menjadi saksi-saksi-Nya, menghadirkan terang Kristus di tengah dunia yang seringkali gelap.
Saudara-saudari terkasih,
Marilah kita memperbarui komitmen untuk menjadikan Kristus sebagai Raja dalam hidup kita. Biarlah Ia memimpin hati kita, keluarga kita, pekerjaan kita, dan setiap langkah hidup kita. Semoga melalui perayaan ini kita semakin diteguhkan untuk berjalan dalam kasih-Nya, dan suatu hari kelak diperkenankan masuk ke dalam kerajaan-Nya yang kekal.
Referensi :
Paus Pius XI. Quas Primas. 1925. Dokumen resmi penetapan Hari Raya Kristus Raja.
Paus Paulus VI. Missale Romanum. 1969. Reformasi liturgi yang memindahkan Hari Raya Kristus Raja ke Minggu terakhir Tahun Liturgi.
Katekismus Gereja Katolik.
— Art. 440: Yesus sebagai Raja Mesianik.
— Art. 668–674: Kristus sebagai Raja dalam sejarah keselamatan.
— Art. 782: Umat Allah sebagai tanda dan sarana Kerajaan Allah.
— Art. 1042–1050: Akhir zaman dan pemulihan segala sesuatu dalam Kristus.
Vatikan: Libreria Editrice Vaticana, 1992.
Alkitab Deuterokanonika. Perjanjian Baru.
Matius 25:31–46 — Kristus datang dalam kemuliaan sebagai Raja dan Hakim.
Yohanes 18:36–37 — “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.”
Filipi 2:9–11 — Segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan.
Wahyu 1:5–8; 22:12–13 — Kristus, Raja yang akan datang kembali.
Markus 10:45 — “Anak Manusia datang untuk melayani.”