Gerejalaurensius.id –  Akan ada banyak penggemar Marvel Studio dan Star Wars yang sangat bersemangat menantikan peluncuran film atau episode baru dua mega serial superhero ini.

Ya, kalau bicara soal pahlawan dan idola, memang tak dibisa dimungkiri jika kehadirannya pasti selalu jadi momen yang ditunggu-tunggu. Apalagi kita memang penggemar setianya sejak lama.  

Tak ayal kemunculannya menciptakan riuh sukacita dan gegap gempita. Kenapa bisa begitu? Pertama karena ada rasa suka, dan kedua karena ada harapan yang diletakkan di sana. Paling tidak itu yang penulis rasakan—dan mungkin Anda rasakan juga.

Seorang reporter dari CNNMoney, Frank Pallota pun mengatakan hal yang hampir serupa. Menurutnya serial superhero Star Wars tadi, disukai oleh banyak orang yang merindukan “suatu harapan baru dan kekuatan kebaikan di masa ketika dunia membutuhkan sosok pahlawan.”

Sama halnya ketika kita menyambut Yesus di gerbang Yerusalem saat peringatan Hari Raya Minggu Palma. Meski sedikit terlambat, namun kita masih bisa merasakan betapa gembiranya dan betapa kita dipenuhi harapan yang besar hari itu. Sekalipun tahun ini perayaan memasuki pekan suci ini tak diiringi perarakkan meriah seperti tahun-tahun sebelumnya.

Di stasi kita tercinta pun, perayaan Minggu Palma (28/3) yang dipersembahkan oleh Romo Yohanes Anggi Witono Hadi, berjalan dengan sukacita yang lebih tenang dibanding perayaan 2 tahun sebelumnya.

Bicara soal Minggu Palma dan kaitannya dengan sosok pahlawan, selalu ada dua peristiwa besar yang terjadi dalam perayaannya. Sama besarnya namun saling bertentangan, ironi mewarnai perayaan Minggu Palma ini.

Hal yang pertama, telah disebutkan sebelumnya bahwa momen ini menjadi peringatan akan peristiwa Yesus memasuki Kota Yerusalem, sebagai Raja. Menunggangi seekor keledai muda, Yesus disambut dengan lambaian daun palma di tangan. Semua orang dipenuhi sukacita dan saling bersorak-sorai, seakan sudah menantikan momen ini sejak lama. (Markus 11: 9-10).

Di sisi lain, Minggu Palma juga jadi peringatan akan peristiwa sengsara Tuhan kita Yesus Kristus, yang dikisahkan dalam kisah injil. Yesus pergi ke Yerusalem, yang sama artinya dengan pergi untuk menderita dan mati.

Ya, berawal dari penyambutan meriah, berakhir dengan penderitaan dan sengsara. Saat mulanya disambut sebagai raja, tetapi akhirnya Ia disalibkan seperti seorang penjahat. Saat itu jugalah, kegembiraan dan harapan kita—bisa jadi—ikut hilang. Bagaimana tidak, pahlawan yang kita harapkan dapat membela dan berkuasa, justru mati dan terkesan tak berdaya.

Namun jika kita sungguh murid-Nya, kita sungguh pengikut setianya, maka harapan itu seharusnya tidak hilang. Justru harusnya makin besar dan kuat. Riwayat Yesus tidak tamat dengan penyaliban dan penguburannya. Kematiannya justru menjadi sumber keteguhan dan kebenaran akan sabda Allah sendiri.

Dengan wafat di salib,Yesus menyatakan kesetiaan-Nya yang tuntas sebagai sebuah risiko dari suatu perjuangan, ketaatan, dan cinta yang sempurna. Melaui jalan salib itu lah keselamatan, kesempurnaan dan kebahagiaan tercapai. (Filipi 2:7-8).

Kita juga diajak untuk berjalan bersama Yesus untuk akhirnya kita pun bisa dimuliakan bersama-Nya. Maka itu, bertahanlah sampai akhir, dan memperoleh hidup abadi bersama-Nya. Jangan pernah hilang harapan pada Tuhan. Yesus membutuhkan suatu pengakuan yang jujur, benar dan berani tentang Dia, dan tidak mudah menyangkal dan hilang percaya pada-Nya.

Ya, Minggu Palma memang dapat dihayati dengan beragam cara. Namun yang penting adalah membawa diri untuk bisa lebih memaknai keagungan misteri Pekan Suci dengan penuh iman dan harapan akan Dia yang bangkit.

Sudah siapkah kita berharap penuh pada Yesus sebagai pemimpin dan pahlawan kita yang senantiasa menyertai setiap pilihan di dalam hidup ini?