Parung Panjang,

Komunitas Katolik Santo Laurensius Parung Panjang menggandeng Kementrian Hak Asasi Manusia (HAM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Buka Puasa Bersama (Bukber) serta berbagai Santunan kepada anak yatim piatu di Café Eatdah, Perumnas  2 Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan ini dihadiri sekitar 200 undangan terdiri dari unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan para penerima santunan dari Perumnas Parung Panjang dan sekitarnya.   

Dalam kesempatan ini hadir juga Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) RI diwakili oleh Staf Khusus Kemenham Bapak Stanislaus Wena dan juga Direktur Penguatan Kapasitas HAM Masyarakat, Komunitas dan Pelaku usaha Bapak Giyanto. Hadir juga Camat Parung Panjang, Unsur RW, RT, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan juga kaum perempuan serta orang muda dan anak-anak penerima santunan. 

Staf Khusus Menteri HAM, Bapak Stanislaus Wena dalam sambutannya mengatakan bahwa kita manusia harus saling menghormati satu sama lain karena kita tidak pernah minta untuk terlahir dari agama atau suku apa.

“Kalau saya pilih orang tua, maka saya akan pilih untuk lahir dari Ratu Elisabeth dan Pangeran Charles. Namun saya tidak bisa memilih itu. Kita lahir di berbagai daerah di Indonesia sehingga perlu saling menghormati di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara” katanya.

Sementara itu Direktur Penguatan Kapasitas HAM Masyarakat, Komunitas dan Pelaku Usaha Bapak Giyanto dalam arahannya kepada ratusan peserta Bukber dan Penerima Santunan mengatakan masyarakat perlu saling menghargai dan menghormati di antara sesama manusia. “Kita perlu saling menghormati pemeluk agama berbeda. Kalau tidak saling menghormati bahkan mengganggu peribadatan agama lain itu bisa masuk kategori pelanggaran HAM”, tegas Bapak Giyanto.

Bapak Giyanto juga membawakan materi secara dialogis dengan anak-anak penerima santunan. “Anak-anak tidak boleh saling membully di sekolah namun perlu saling menghormati apapun suku, agama dan latar belakang sosial berbeda. Bully yang kita lakukan terhadap orang lain merupakan pelanggaran HAM”, jelasnya. 

Ketua Komunitas Katolik Santo Laurensius Parung Panjang Doktor Frederikus Fios dalam sambutannya membidik tanggung jawab sosial dan empati masyarakat Katolik Parung Panjang terhadap saudara-saudari Umat Muslim yang sedang  menjalankan ibadat puasa. “Kegiatan bukber dan berbagai seperti ini kita lakukan secara rutin setiap tahun di Parung Panjang untuk saudara-saudari Umat Islam. Kita lakukan sejak tahun 2018 setiap tahun hingga 2025 dan Selanjutnya ke depan. Hal ini karena suatu Dasar pemikiran bahwa Umat Katolik sebagai bagian dari pluralisme Parung Panjang merasa terpanggil untuk  untuk merawat keanekaragaman Kecamatan Parung Panjang Panjang,” jelas Doktor Fios.

“Sebagai bagian dari komunitas yang hidup dalam keberagaman, Komunitas Katolik memiliki suatu cita-cita dan harapan besar agar persaudaraan antara Katolik dan Islam terus tumbuh dan semakin langgeng. Semoga acara Bukber dan Santunan menjadi langkah nyata untuk saling memahami, saling menghormati, berkolaborasi dan bersinergi terus untuk bersama-sama merawat harmoni yang indah di tengah realitas keberagaman Parung Panjang”.

Sementara itu Ketua MUI Parung Panjang, Kiai Haji Zaenal dalam Kultum mengimbau agar kita hidup bersama saling menghormati, saling menghargai dan berbagi berkah dalam hidup sosial dan bermasyarakat. “Kita perlu bertanggung jawab sebagai makhluk Tuhan untuk berbagi dan menjaga suasana keharmonisan serta kerukunan dalam hidup bermasyarakat sebagai tanda usaha kita untuk terus mendekatkan diri pada Allah SWT”, kata Haji Adnan.

Bapak Camat Parung Panjang, Drs. Chairuka Judhyanto yang hadir pada kesempatan ini juga mengapresiasi apa yang dilakukan komunitas Katolik Parung Panjang sebagai bagian dari upaya untuk merawat kedamaian dan kerukunan di Kecamatan Parung Panjang.